Golden Moon


Aku pernah bercerita tentang bulan. Kali ini aku akan kembali bercerita tentang bulan.

Ini tentang bulan di malam itu yang begitu lantang. Sempurna dan menyala. Ada beberapa bentuk awan mengelilingi. Dan bulan itu menusuk mereka dengan cahaya emasnya. Meluber, membias, gantian menyelimuti serupa kapas itu hingga pirang kemerahan.

Aku mengamatinya, kali ini dari balik jeruji jendela dapur. Bulan terbit dari arah timur. Aku mengamatinya tepat ketika sebuah awan berbentuk gelombang air laut di bawah bulan tertiup angin menuju utara. Sekilas otakku menampilkan adegan pewayangan atau hal semacam pertunjukkan dengan latar angkasa di waktu malam.

Aku terbius. Mataku tak mau lepas memandang. Apakah bulan pemberani ini ingin mengajakku bercerita? Ada angin yang berdesir. Daun hijau dari pohon di belakang rumahku ikut mengekspresikan bahasa angin yang baru saja melewatinya. Apa yang ingin kau ceritakan? Pasti ada banyak kisah yang sudah kau saksikan dari atas sana.

Suatu kisah yang menarik. Beri aku satu atau dua atau tiga. Aku akan mendengar selama aku diizinkan untuk memandangimu tanpa dianggap terlalu aneh dalam persepsi keanehan yang diukur oleh kebanyakan kaumku. Kau membiusku dan aku terbius.

Keindahan semesta sungguh tak terhingga. Pun tak bisa terbayangkan betapa berkali lipatnya keindahan Sang Penciptanya. Aku tunduk dan merasa begitu kecil. Tuhan, terimakasih untuk aneka penghuni langit malam yang mendamaikan sekaligus mengundang penasaran.

gambar diambil dari sini

Comments

Popular posts from this blog

Memento

Ruminating