Memento


Apakah itu bisa disebut melankolis?
Jika iya, maka aku pernah melankolis atau pernah merasa melankolis. Saat diriku kecil dulu.

Emak dan Bapak begitu baik. Sejak dulu, aku dan adikku masing-masing sudah diberi satu paket bantal dan guling untuk melengkapi kasur tempat kami tidur. Aku menjadi suka tidur dengan guling. Aku menyukai gulingku.

Bisa kuingat warnanya biru bercampur putih dengan motif alam berupa tanaman padi atau itu ilalang yang tumbuh tinggi dan bergoyang ditiup angin. Entah itu warna dan motif pada sarungnya atau memang warna dan motif kain yang membungkus kapuk pada gulingku. Ingatanku mulai bercampur dan menjadi samar. Yang pasti, aku menyukai bahkan sangat menyukai gulingku sejujur dan sepenuh hati anak kecil.

Sudah kusebutkan jika isinya kapuk. Sudah cukup lama dipakai dan Emak memutuskan mengganti kapuk dan kainnya. Aku tidak melihat proses itu karena sedang di sekolah. Hanya ketika hendak tidur malam, aku menangis sesunggukkan.

Guling lamaku seperti hilang. Yang kupeluk ketika menangis malam itu adalah guling baru dengan warna baru dan rasa yang lebih padat. Aku rindu dengan guling lamaku namun tidak dapat berbuat apa-apa. Aku tahu gulingku yang (tampak) baru itu tidak bisa berubah menjadi guling lamaku. Aku rindu dengan hal yang biasa menemaniku tanpa sadar bahwa guling yang tampak baru itu telah bersedia dibasahi oleh air mataku bahkan dia mampu menghisapnya.

Aku menghibur diri, berhenti menangis lalu tidur dengan berpikir bahwa ada bagian kecil dari guling lamaku di dalam guling baru tersebut. Mungkin tidak banyak namun ada. Guling itu tidak sepenuhnya hilang melainkan umm.. "berkembang".

Gulingku dan kisah tentang gulingku muncul kembali sembari aku menyortir memento lainnya. Pena-pena yang bertumpuk di dalam sebuah kotak pensil plastik kuning. Aku tidak mampu menyimpan mereka lagi dan mereka pun sudah tidak bisa dipakai lagi. Namun kemunculan mereka kembali membawa beragam kisah acak yang setidaknya telah dimulai selama 20 tahunan kehidupanku di dunia ini. Kisah tentang diriku. Aku mampu bercermin, menarik kesimpulan sekaligus tenggelam melihat diriku sendiri di waktu lampau.

Comments

  1. Uhh. tau banget rasanya ketika sesuatu yang udah telanjur bikin nyaman itu berganti😥 kayak ada yang hilang gitu, walaupun pegantinya lebih bagus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seperti ungkapan dari buku ini:
      “I don't think your missing pieces ever fit inside you again once they go missing.”
      ― John Green, An Abundance of Katherines

      Atau versi terjemhannya:
      “Kurasa kita takkan pernah bisa mengisi ruang kosong menggunakan sesuatu yang tidak kita miliki. Kurasa bagian-bagian yang hilang dari dirimu takkan pernah bisa masuk dengan pas lagi.”-hlm.283

      Tapi karena hidup terus berjalan maka lebih baik temukan cara untuk relakan yang pergi dan segera syukuri yang datang. :))

      Delete
  2. Kadang niat orang tua pengin diganti bantal guling baru agar lebih fresh kali ya, tapi tidak tahu kalo anaknya sudah nyaman dengan guling yang lama.😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Niat orangtua memang baik. Anaknya yang belum siap. Tapi kalau sudah waktunya tapi gak disegerakan, gak akan pernah siap mungkin. Makin gak sehat gulingnya, hehe. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ruminating

Golden Moon